INDOZONE.ID - Startup yang dipimpin oleh Elon Musk, Neuralink, mencapai tonggak sejarah dengan berhasil menanamkan chip di otak manusia untuk pertama kalinya.
Pengumuman ini dibuat oleh miliarder Elon Musk, melalui postingan di platform media sosial miliknya, X, beberapa waktu lalu.
Tidak hanya berhasil, pasien yang menjadi bahan uji coba pun pulih dengan baik, pasca operasi pada Minggu (28/1/2024) lalu.
“Hasil awal menunjukkan deteksi lonjakan neuron yang menjanjikan,” kata Musk, dikutip CNN, Jumat (2/2/2024).
Baca Juga: Di Aplikasi ini Penonton Bisa Sawer Makanan dan Nonton Kucing Sedang Mukbang Secara Langsung
Meskipun pengumuman ini bisa menjadi tonggak penting bagi Neuralink dalam membawa teknologi implan otak dari laboratorium ke kehidupan nyata, sosok yang pernah menjadi orang terkaya di dunia ini bilang, kondisi pasien dengan chip masih harus dipantau.
Sebab, masih belum jelas sejauh mana kemajuan ilmiah yang ditunjukkan oleh implantasi chip tersebut.
Neuralink telah menerima persetujuan untuk mempelajari keamanan dan fungsionalitas implan chip serta peralatan bedahnya. Dengan produk pertama yang akan dihasilkan oleh Neuralink akan dinamai Telepati.
Sementara itu, setelah ditanami chip, pengguna awalnya akan kehilangan fungsi anggota tubuh mereka. Namun, ke depan Teknologi ini bakal memberikan kemampuan kepada orang-orang seperti Stephen Hawking untuk berkomunikasi dengan lebih cepat menggunakan pikiran mereka.
Baca Juga: Ngaji dengan Manfaatkan Teknologi AI, Bikin Aktivitas Mengaji Jadi kian Seru
“Bayangkan jika Stephen Hawking bisa berkomunikasi lebih cepat daripada juru ketik atau juru lelang. Itu tujuannya,” ujar dia.
Neuralink telah berusaha untuk menghubungkan otak manusia ke komputer selama setengah dekade. Meskipun perusahaan ini telah menghadapi pengawasan ketat, setelah kontroversi insiden kematian seekor monyet pada tahun 2022 selama uji coba bermain Pong.
Pada bulan Mei tahun lalu, Neuralink menerima izin FDA untuk uji klinis pada manusia. Startup ini mulai merekrut pasien dengan quadriplegia yang disebabkan oleh cedera sumsum tulang belakang leher atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS).
Uji klinis ini merupakan bagian dari ‘Studi PRIME’, kependekan dari ‘Antarmuka Otak-Komputer yang Diimplantasi Robot yang Tepat’, yang bertujuan untuk mempelajari keamanan implan dan robot bedahnya, serta untuk menguji fungsionalitas perangkatnya.
Sementara perekrutan peserta uji coba dilakukan pada September lalu, melalui Pengumuman yang dipasang di laman resmi perusahaan. Pasien uji coba lantas menjalani operasi chip yang ditempatkan di bagian otak yang mengontrol niat untuk bergerak.
Baca Juga: Waspada! Pornografi AI Ancam Seluruh Orang di Dunia, Ini Tipsnya Biar Tetap Aman
Chip tersebut dipasang oleh robot, kemudian akan merekam dan mengirimkan sinyal otak ke sebuah aplikasi, dengan tujuan awalnya adalah untuk memberi orang kemampuan mengendalikan kursor komputer atau keyboard hanya dengan menggunakan pikiran mereka.
Meskipun banyak perhatian terfokus pada upaya Neuralink, perusahaan lain juga terlibat dalam penelitian antarmuka otak-komputer, termasuk perusahaan bernama Synchron, perusahaan pertama yang mendapatkan izin FDA untuk menguji perangkat pada manusia.
Di balik potensi besarnya, sejumlah ahli mengingatkan bahwa perkembangan ini masih dalam tahap percobaan dan memerlukan persetujuan peraturan sebelum dapat tersedia secara luas.
“Ide antarmuka sistem saraf otak memiliki potensi besar untuk membantu orang-orang dengan gangguan neurologis di masa depan. Namun, sebagian besar antarmuka ini memerlukan bedah saraf invasif dan masih dalam tahap percobaan sehingga mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum dapat tersedia secara umum,” kata Presiden British Neuroscience Association, mengatakan kepada Science Media Center yang berbasis di Inggris Tara Spires-Jones.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: CNN Internasional