INDOZONE.ID - Kasus penyebaran gambar eksplisit dan pornografi palsu yang melibatkan megabintang, Taylor Swift, meningkatkan kekhawatiran akan kemampuan kecerdasan buatan (AI), dalam menciptakan gambar-gambar yang merusak dan menipu.
Meskipun ini bukan fenomena baru, para ahli memperingatkan bahwa dengan meningkatnya akses terhadap AI, ancaman semacam ini dapat semakin parah dan merambah berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak.
Beberapa siswa sekolah menengah di seluruh dunia telah menjadi korban penipuan ini, dengan wajah yang diganti, gambar-gambar tersebut dibagikan secara online oleh teman sekelas mereka.
Bahkan, seorang streamer Twitch wanita terkenal menemukan wajah yang sangat mirip dengan dirinya digunakan dalam video porno palsu yang telah menyebar luas di komunitas game.
“Bukan hanya selebritas yang (ditargetkan). Itu adalah manusia biasa. Mereka adalah perawat, mahasiswa seni dan hukum, guru dan jurnalis,” kata Seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas Virginia Danielle Citron, dilansir CNN, Kamis (1/2/2024).
"Kita telah melihat cerita tentang bagaimana hal ini berdampak pada siswa sekolah menengah dan orang-orang di militer. Ini mempengaruhi semua orang," sambungnya.
Terpisah, Ben Decker dari Memetica, sebuah lembaga investigasi digital, menilai bahwa ini hanya merupakan contoh bagaimana AI dapat digunakan secara jahat tanpa batas.
Oleh karena itu, perlu ada pagar pembatas yang lebih efektif untuk melindungi masyarakat dari ancaman semacam ini.
Baca Juga: Fitur-Fitur Tersembunyi Google yang Wajib Kamu Ketahui
Selain itu, dia juga menyoroti pendekatan moderasi konten oleh platform-platform media sosial, yang kemudian memudahkan penyebaran kejahatan ini.
Di banyak negara bagian di AS misalnya, yang belum memiliki undang-undang federal yang jelas terkait dengan pembuatan atau penyebaran deepfake non-konsensual.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: CNN International