INDOZONE.ID - Perusahaan pengembang dan penerbit game asal Tiongkok, MiHoYo, kembali menjadi sorotan publik setelah petisi yang menuntut mereka untuk menghentikan praktik perampasan budaya dan penghilangan eksistensi kulit berwarna dalam permainan mereka mendapat lebih dari 91 ribu tanda tangan.
Petisi ini telah menarik perhatian luas dan menimbulkan diskusi yang hangat di kalangan penggemar game, terutama terkait dengan representasi budaya yang akurat dan inklusif.
MiHoYo, yang dikenal luas melalui permainan populer seperti Genshin Impact dan Honkai: Star Rail, sering kali memperkenalkan elemen-elemen dari berbagai budaya dalam konten mereka. Namun, pendekatan mereka terhadap representasi budaya ini tidak selalu diterima dengan baik.
Baca Juga: MiHoYo Panggil Twitter ke Pengadilan untuk Bongkar Identitas Leaker Genshin Impact
Banyak penggemar dan kritikus berpendapat bahwa perusahaan tersebut sering kali mengabaikan keakuratan budaya dan cenderung melakukan whitewashing atau pemutihan karakter-karakter yang seharusnya memiliki kulit lebih gelap sesuai dengan asal budaya mereka.
Petisi yang diadakan di Change.org ini menyerukan kepada MiHoYo untuk berkomitmen pada representasi yang lebih menghormati dan akurat terhadap semua budaya.
Petisi tersebut menuntut agar MiHoYo berhenti melakukan perampasan budaya dan whitewashing dalam game mereka.
Dalam petisi ini, penandatangan menekankan pentingnya kolaborasi dengan pakar budaya asli untuk memastikan keaslian dan penghormatan terhadap budaya yang diadaptasi.
Hingga saat ini, lebih dari 91 ribu orang telah menandatangani petisi tersebut, dengan jumlah tanda tangan yang terus meningkat setiap harinya.
Petisi ini juga menyerukan MiHoYo untuk melakukan tinjauan menyeluruh terhadap konten mereka saat ini dan memastikan bahwa karakter-karakter yang diperkenalkan di masa mendatang lebih beragam dan inklusif.
Kontroversi ini bukanlah yang pertama kali dialami oleh Genshin Impact. Pada pembaruan Sumeru, misalnya, MiHoYo mendapat kritik tajam karena karakter-karakter dari wilayah yang terinspirasi oleh budaya Timur Tengah dan Asia Selatan tersebut kebanyakan memiliki kulit yang terang.
Hal ini dianggap tidak mencerminkan keberagaman budaya asli dari wilayah-wilayah tersebut. Karakter seperti Dori, misalnya, dipandang memperkuat stereotip yang merugikan, dan perubahan pengucapan nama untuk menyesuaikan dengan audiens Barat juga menuai kontroversi.
Petisi ini muncul kembali setelah pengumuman karakter-karakter dari wilayah Natlan, yang terinspirasi oleh budaya Afrika dan Amerika Selatan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Game Rant