Tekanan untuk memenuhi standar kecantikan di media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental mahasiswa. Mereka yang merasa tidak memenuhi standar dapat mengalami krisis identitas dan merasa tidak berharga.
Menurut sebuah penelitian oleh Tiggemann dan Slater (2014), 94% perempuan di AS memiliki citra tubuh negatif dan ingin mengubah salah satu bagian dari tubuhnya.
Selain itu, 98% perempuan mengakui bahwa mereka berpikir negatif terhadap penampilan atau bentuk tubuh mereka setidaknya satu kali sehari.
Kampus seharusnya menjadi tempat pertumbuhan intelektual, bukan ajang kompetisi kecantikan. Membangun kesadaran akan pentingnya menghargai setiap individu sebagai unik adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang sehat.
Penting untuk mengedukasi diri sendiri dan orang lain bahwa nilai seseorang tidak hanya terletak pada penampilan fisik.
Di balik ramainya akun “kampus cantik,” terdapat dampak negatif yang lebih dalam. Fenomena ini berpotensi merusak kepercayaan diri dan kesehatan mental mahasiswa.
Edukasi dan kesadaran mengenai isu ini sangat penting agar mahasiswa lebih melek terhadap realitas yang ada, serta menyadari pentingnya menghargai individu sebagai pribadi utuh, yang layak dihargai bukan hanya berdasarkan penampilan, tetapi juga karakter, kemampuan, dan prestasi mereka.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Internasional