Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
INDOZONE.ID - Katsura Hashino: Filosofi Kreativitas di Balik Game Modern dan Metaphor: ReFantazio
Katsura Hashino, sutradara legendaris di balik seri Persona dan Metaphor: ReFantazio, tahu persis apa yang ia cari dalam sebuah game.
Di tengah fokus industri pada resolusi dan frame rate, Hashino menekankan satu hal yang paling penting: esensi manusia di balik karya tersebut.
“Kami lebih menghargai karya – meskipun belum sempurna atau kasar – jika mampu memberi gambaran tentang siapa yang menciptakannya dan memperlihatkan emosi yang menginspirasinya,” ungkap Hashino.
Baca Juga: Atlus Cetak Rekor Baru: Metaphor: ReFantazio Terjual Lebih dari 1 Juta Kopi di Hari Peluncuran
Pendekatan personal ini telah menjadi kunci suksesnya selama tiga dekade dan berperan penting dalam kesuksesan seri Persona. Selain dikenal dengan arahan seni dan detail yang mengesankan, seri ini juga menonjol melalui karakternya yang terasa hidup.
Tokoh seperti Chie, Junpei, dan Ann bukan sekadar karakter game, melainkan terasa seperti teman dekat dengan sifat dan emosi yang bisa dirasakan pemain.
Hashino menjelaskan bahwa fokus utamanya adalah menciptakan pengalaman emosional yang nyata, berbeda dari proyek besar yang seringkali didikte oleh tuntutan pasar dan investor.
Setelah mengambil alih seri Persona melalui Persona 3, Hashino menggabungkan tema gelap dari Shin Megami Tensei dengan sentuhan estetik pop ala anime. “Kami ingin menciptakan kontras antara estetika anime dan kedalaman karakter yang realistis,” katanya.
“Meskipun dunia terlihat seperti anime, saat Kamu mengenal karakternya, ada elemen realitas yang kuat.”
Pendekatan ini juga tercermin dalam detail seperti dialog. Misalnya, dalam Persona 4, dialog Nanako, seorang gadis kecil, awalnya terlalu imut hingga terasa tidak autentik.
“Kami menyadari bahwa tidak ada anak yang berbicara seperti itu, jadi kami mengubahnya agar lebih realistis,” ujar Hashino. Ini menunjukkan bahwa meskipun game tersebut berlatar fantasi modern, narasi dan karakter tetap harus terasa seperti bagian dari kehidupan nyata.
Hashino juga sangat peduli dengan kesejahteraan emosional karakternya. Salah satu momen favoritnya di Persona 5 adalah ketika para karakter berkumpul di kafe retro di Shibuya, tempat yang menjadi markas Phantom Thieves.
“Kami ingin mereka memiliki tempat di mana mereka bisa merasa aman,” jelasnya, menciptakan suasana nyaman di tengah hiruk pikuk kota Tokyo.
Dalam Metaphor: ReFantazio, Hashino membawa tema emosional yang sama, meskipun latarnya berbeda dari Tokyo.
Para karakter di game ini, meskipun remaja, menghadapi tantangan yang lebih berat dari sekadar masalah khas remaja, seperti prasangka, kecemasan, dan ketakutan. “Game ini berfokus pada isu-isu yang bisa dialami siapa saja, tanpa memKamung usia atau latar belakang,” tambahnya.
Hashino mengakui bahwa dia lebih terinspirasi oleh game yang mencerminkan jiwa dan kreativitas pengembangnya daripada proyek besar yang terlalu disempurnakan. “Jika game terlihat seperti hasil rapat di ruang dewan, itu tidak menarik bagi Kami,” jelasnya.
Sebaliknya, dia lebih menghargai karya yang menunjukkan hasrat kreatif tim di baliknya.
“Inspirasi Kami datang dari melihat bagaimana para kreator menyampaikan sesuatu yang ingin mereka ungkapkan,” tutup Hashino.
Baca Juga: Metaphor: ReFantazio Tawarkan Kesempatan Menjelajahi Dunia Fantasi Melalui Demo Gratis
Dengan filosofi yang kuat ini, Metaphor: ReFantazio melanjutkan tradisi Hashino dalam menciptakan pengalaman emosional yang mendalam, membuktikan bahwa di balik setiap visual dan gameplay, yang paling penting adalah hati dan jiwa kreatornya.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: X.com