INDOZONE.ID - Kodak didirikan oleh George Eastman pada 1888. Kodak memperkenalkan kamera sederhana dengan film roll, yang menjadikannya aksesibel bagi masyarakat umum.
Kodak memimpin pasar fotografi dengan inovasi, seperti film roll dan kamera instan, serta berkembang ke film berwarna dan produk terkait. Di era digital pada 1990-an dan 2000-an, Kodak menghadapi kesulitan karena lambat beradaptasi dengan teknologi baru.
Pada 2012, Kodak mengajukan kebangkrutan. Lalu, mereka fokus pada bisnis percetakan komersial dan teknologi digital setelah keluar dari kebangkrutan pada 2013.
Kemunduran Kodak tidak terlepas dari beberapa keputusan manajemen dan kekurangan visi yang signifikan, seperti:
Baca Juga: OPPO Disebut Kerja Sama dengan Kodak untuk Buat Smartphone Flagship Baru!
- Resistensi terhadap Digitalisasi
Kodak adalah pelopor awal teknologi digital. Akan tetapi, manajemen perusahaan ragu untuk berinvestasi dan beralih ke teknologi digital.
Mereka lebih fokus pada melindungi pasar film yang menguntungkan, daripada mengeksplorasi potensi pasar digital yang berkembang.
- Keputusan Konservatif
Kodak terus berpegang pada model bisnis film tradisional meski menunjukkan penurunan permintaan. Kepemimpinan konservatif dan ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan tren pasar baru, membatasi kemampuan Kodak untuk bersaing di medan perang digital.
- Kurangnya Visi Jangka Panjang
Para eksekutif Kodak tidak mampu melihat perubahan besar dalam industri fotografi. Mereka tidak mengembangkan strategi efektif, untuk mengatasi pergeseran pasar menuju digital.
Baca Juga: Realme Bakal Kerja Sama dengan Kodak di Smartphone Flagship Terbarunya
Selain itu, Kodak pun gagal memanfaatkan peluang untuk mengembangkan teknologi kamera digital dan layanan berbasis web secara agresif.
- Inovasi Terhambat
Kodak kehilangan pangsa pasarnya. Sebab, mereka tidak mampu berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan konsumen digital.
Meski Kodak memiliki teknologi digital awal, mereka lambat dalam peluncuran produk dan adaptasi strategi bisnis.
Pelajaran dari kasus Kodak menggarisbawahi pentingnya kepemimpinan visioner yang mampu melihat dan beradaptasi dengan perubahan pasar serta teknologi.
Baca Juga: Tips untuk Meningkatkan Produktivitas Organisasi melalui Transformasi Digital dan Teknologi
Perusahaan harus terbuka terhadap inovasi, berinvestasi dalam R&D, dan siap menyesuaikan model bisnis dengan kebutuhan konsumen yang berkembang.
Resistensi terhadap perubahan dan ketidakmampuan untuk beradaptasi, dapat mengakibatkan penurunan relevansi dan kemunduran perusahaan.
Dengan menerapkan pelajaran ini, perusahaan dapat menghindari kesalahan serupa dan memastikan keberlanjutan serta kesuksesan di masa depan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Forbes, Harvard Business Review, Business Insider, Smithsonian Magazine, Inc, MIT Sloan Management Review