Profesional Keamanan Siber Sebut Pendidikan Formal Gak Guna-guna Benget dalam Pekerjaan Masa Kini, Emang Iya?
INDOZONE.ID - Para ahli keamanan informasi (InfoSec) mempertanyakan relevansi pendidikan formal yang mereka terima dalam mengatasi kekurangan tenaga profesional keamanan siber.
Dari survei penelitian global terbaru dari Kaspersky terungkap bahwa satu dari dua profesional keamanan siber merasa bahwa pendidikan formal mereka tidak memberikan manfaat yang signifikan dalam mendukung karir mereka di bidang tersebut.
Akibatnya, banyak dari mereka perlu menginvestasikan waktu dan sumber daya tambahan dalam pelatihan lanjutan untuk mengikuti perkembangan industri dan mengatasi ancaman yang terus berkembang.
Baca Juga: Mabes Polri Mulai Sosialiasi Pembentukan Direktorat Siber di 8 Polda
Menurut ISC2, organisasi profesional keamanan siber terkemuka di dunia, tenaga kerja keamanan siber saat ini perlu hampir dua kali lipat untuk mendukung kebutuhan perekonomian global.
Namun, penelitian Kaspersky menunjukkan bahwa program pendidikan formal sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan industri, sehingga menghasilkan lulusan yang kurang siap secara praktis.
Hampir semua responden survei merasa bahwa pengetahuan yang diajarkan dalam pendidikan formal kurang berguna dalam pekerjaan mereka di dunia nyata.
Meskipun demikian, hanya sedikit responden yang menganggap bahwa program pendidikan mereka memberikan pengalaman langsung dalam skenario keamanan siber di kehidupan nyata atau akses terhadap teknologi terkini.
Kurangnya kualitas magang juga menjadi masalah, dengan sebagian besar responden melaporkan bahwa mereka tidak ditawari magang dengan pengalaman kerja nyata.
Dalam hal kualitas pendidikan, gambaran regional berbeda-beda. Wilayah META diidentifikasi memiliki kualitas pendidikan keamanan siber yang paling rendah, sementara LATAM memiliki skema pembelajaran tertinggi.
Namun, masalah ketersediaan kursus keamanan siber atau keamanan informasi di perguruan tinggi juga merupakan perhatian serius, terutama di kalangan profesional dengan pengalaman 2-5 tahun.
Untuk mengatasi kekurangan keterampilan keamanan siber, disarankan pendekatan multi-segi yang melibatkan institusi pendidikan tinggi, para profesional muda, dan industri.
Ini termasuk meningkatkan kurikulum universitas dengan bermitra dengan para pakar keamanan siber, melengkapi pelatihan akademis dengan pengalaman kerja nyata melalui magang, berpartisipasi dalam kompetisi internasional, dan melanjutkan pendidikan dan pelatihan tambahan.
Dengan tantangan yang dihadapi oleh pendidikan keamanan siber dalam mengikuti perkembangan industri, kerjasama antara lembaga pendidikan, industri, dan para profesional adalah kunci untuk memastikan ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas dalam menghadapi ancaman siber yang terus berkembang.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Press Release