INDOZONE. ID - Perkembangan kebijakan di wilayah Amerika, Eropa, dan China yang disebut sebagai sumbu teknologi AI (Artificial Intelligence) di dunia menunjukkan bahwa pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau AI juga tak lepas dari faktor geopolitik.
Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria pada acara peluncuran Indonesia Cyber Crime Combat Center (IC4) di Jakarta, Selasa (25/2/2025).
Baca Juga: Komdigi Segera Resmikan Regulasi eSIM, Ini Dampaknya bagi Pengguna
"Amerika regulasinya cukup mendorong inovasi-inovasi, karena mereka mengadopsi satu nilai liberalisme, di mana persaingan bebas itu dikasih tempat agar inovasinya lebih baik," katanya.
Uni Eropa, lanjut Nezar, membuat sebuah kebijakan yang lebih ketat dengan menerapkan pendekatan horizontal.
Dalam penerapan pendekatan itu, nilai-nilai penting yang harus diadopsi dalam regulasi AI dirumuskan terlebih dulu lalu dilanjutkan dengan penyusunan kebijakan untuk setiap sektor.
Baca Juga: Elon Musk Bilang Grok 3 AI Paling Pintar, Tapi Chatbot-nya Malah Gak Yakin
"Sementara China, dia mengadopsi satu hampir mirip dengan Amerika, tapi dia memperketat state control terhadap pengembangan-pengembangan AI, terutama inovasi dan investasi yang sudah diberikan di sektor pengembangan AI," kata Nezar.
Berdasarkan model-model penyusunan kebijakan di wilayah-wilayah yang menjadi sumbu teknologi AI dunia, ia menyampaikan, regulasi yang lebih ketat bisa dibuat dengan menggabungkan penerapan pendekatan horizontal dan vertikal.
Menurut dia, pendekatan yang demikian dapat diterapkan di negara-negara yang masih berada pada tahapan awal penyusunan kebijakan AI.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Antara