Riset dari Asian Development Bank (ADB) mengidentifikasi tiga aspek yang dapat ditingkatkan untuk mengembangkan ekosistem perusahaan rintisan (startup) di Indonesia.
Riset tersebut, yang bekerja sama dengan lembaga penelitian SMERU, menunjukkan bahwa perusahaan rintisan yang berorientasi pada pembangunan di Indonesia akan mendapatkan manfaat dari pengembangan ekosistem mereka untuk mewujudkan potensi dan berkontribusi pada pembangunan negara.
Baca Juga: Google PHK Karyawan Waze, Dampak Resesi 2023?
Meskipun fintech dan e-commerce mendominasi ekosistem digital di Indonesia, perusahaan rintisan yang fokus pada bidang seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan teknologi ramah lingkungan berkembang dengan kecepatan yang lebih lambat, seperti yang diungkapkan dalam studi "Indonesia’s Technology Startups: Voices From the Ecosystem".
Inovasi-inovasi dari perusahaan rintisan ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pembangunan, seperti perbaikan dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan, penciptaan lapangan kerja, dan solusi iklim. Namun, mereka sering dianggap berisiko oleh investor dan lembaga keuangan yang ada saat ini.
Berdasarkan studi tersebut, terdapat tiga aspek yang dapat difokuskan untuk meningkatkan ekosistem perusahaan rintisan di Indonesia, yaitu kualitas inkubator dan akselerator, akses keuangan untuk perusahaan rintisan pada tahap awal, dan pengembangan bakat.
Baca Juga: Setelah Activision, Microsoft Pertimbangkan Akuisisi Bungie dan Sega
Inkubator dan akselerator dapat mendapatkan manfaat dari memiliki staf yang lebih berkualitas, termasuk karyawan dengan pengetahuan bisnis yang luas, serta mentor dengan keahlian dan pengalaman di sektor terkait.
Perusahaan rintisan yang baru sulit meyakinkan investor untuk memberikan pendanaan, sehingga menekankan pentingnya menemukan dan mengembangkan sumber modal dan dukungan alternatif.
Menemukan bakat yang berkualitas juga merupakan tantangan karena pasokan yang terbatas dan persaingan dari perusahaan besar dalam upaya perekrutan. Selain itu, diperlukan distribusi dukungan geografis yang lebih baik.
“Pemain kunci dan program terkonsentrasi di Jawa khususnya di Jakarta dan di Bali, sementara daerah lain kurang terlayani,” ucap Peneliti Senior SMERU Research Institute dan penulis utama laporan, Palmira Permata Bachtiar, dalam siaran persnya yang diterima Rabu (30/6/2023).
Palmira menambahkan bahwa lebih baik jika mempertimbangkan satu ekosistem nasional dan sebaliknya mengembangkan beberapa ekosistem di kota-kota dan wilayah lokal yang dapat melayani perusahaan rintisan di sekitarnya.
Untuk mendapatkan keragaman perspektif dalam riset ini, tim studi melakukan wawancara dengan berbagai pihak, mulai dari kementerian hingga pendiri perusahaan rintisan.
"Para peneliti berdialog dengan pejabat kementerian, manajer inkubator, pendiri perusahaan rintisan, serta para pemodal dan lainnya," kata Paul Vandenberg, Principal Economist ADB, yang juga merupakan salah satu penulis laporan tersebut.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Press Release