Kategori Berita
Media Network
Jumat, 11 OKTOBER 2024 • 07:00 WIB

Survei Sebut 70% Developer Game Tak Yakin dengan Keberlanjutan Jangka Panjang Game Live Service

Game Live Service.

INDOZONE.ID - Pasar game live service saat ini sudah mulai mendominasi dan kompetitif dalam industri game saat ini, dengan banyak judul-judul yang sudah populer dan sukses secara finansial.

Di mana perusahaan AAA game yang dulunya terkenal membuat game-game single-player, kali ini sudah beralih membuat game multiplayer dan nyemplung ke dalam pasar live service karena ingin mengejar tren dan bersaing dengan game-game live service yang sukses seperti Destiny, Fornite, Genshin Impact, GTA Online, Overwatch, dan lainnya.

Meskipun sektor ini mempunyai potensi besar bagi keuntungan finansial perusahaan, persaingannya sudah sangat ketat, apalagi untuk developer game yang baru terjun ke dalam pasar tersebut, khawatir jika game live service mereka tidak akan bertahan lama dan tidak akan banyak dimainkan para gamer dalam waktu jangka panjang.

Baca Juga: Alasan Developer inZOI Bikin Game Life Simulation: Gara-gara Capek Bikin MMORPG dan Permintaan Anak

Kali ini terdapat sebuah survei baru yang ditunjukkan kepada para developer game yang mengungkapkan bahwa sebagian besar dari developer game memiliki kekhawatiran terhadap metode monetisasi dari game live service, serta kekhawatiran mereka terhadap keberlanjutan jangka panjang dari game yang mengadopsi model bisnis live-service.

Survei ini dilakukan oleh Game Developer Collective yang berkolaborasi dengan Omdia, dalam sebuah panel yang terdiri lebih dari 600 developer game terverifikasi yang diwawancarai antara bulan Februari dan Maret 2024.

Menurut 67% dari developer game, mereka mendefinisikan model live service sebagai sistem frekuensi update rutin pada game atau aplikasi, sementara 53% lainnya menganggap live service sebagai sistem pembelian dalam game atau aplikasi (in-game/app purchases).

Dan sisanya, 39% dari developer game memiliki kekhawatiran terhadap model bisnis live service dalam game, 31% menyatakan bahwa mereka sangat khawatir, sehingga hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar 70% developer game secara keseluruhan tidak yakin dengan keberlanjutan jangka panjang game live service selama beberapa tahun kedepan.

Sisanya, 25% dari developer game menjawab mereka tidak merasa khawatir, dan 4% dari mereka menjawab tidak tahu.

Sebuah survey dari Griffing Gaming Partners pada bulan Februari 2024, mengungkapkan bahwa sebagian besar dari developer game sudah beralih membuat game live service, menariknya menurut survey dari Game Developer Collective, hanya 35% dari developer game yang mengatakan bahwa mereka menganggap rilisan game terbaru mereka sebagai game live service.

Dan bagi mereka yang tidak menggunakan model bisnis live service dalam game, hanya 10% dari developer game yang berencana untuk beralih ke arah model bisnis live service.

Perihal apakah model bisnis live service dalam game bisa berdampak baik atau buruk bagi perusahaan game dalam jangka panjang, saat ini developer game terpecah menjadi dua pandangan yang berbeda terhadap dampak dari perusahaan game jika mereka menggunakan model bisnis live service.

Menurut survey, sebanyak 44% mempunyai pandangan beragam terhadap model bisnis live service, sementara 45% dari developer game berpendapat negatif.

Menurut survei, kekhawatiran utama dari developer game terletak pada keberlanjutan jangka panjang untuk game live service selama beberapa tahun kedepannya.

Di mana 63% dari developer game mengatakan bahwa mereka khawatir para gamer akan kehilangan minat untuk bermain game live service, dan 57% dari developer game mengakui bahwa mereka kesulitan dalam keterlibatan jangka panjang untuk game live service.

Secara umum, masa depan game dengan model bisnis live service sampai saat ini masih menjadi subjek perdebatan tidak hanya di kalangan komunitas gamer saja.

Tetapi juga bagi para developer game untuk menjadi pertimbangan apakah akan berdampak baik atau buruk bagi keberlangsungan industri game mereka di masa depan.

Namun kalau kita lihat fakta yang ada, sudah ada game-game live service yang berujung gagal total di pasaran dan gagal menarik perhatian gamer, yang dimana umur gamenya cukup singkat, servernya sudah langsung di tutup.

Di mana contoh-contoh game live service yang gagal antara lain adalah Anthem, Apex Legends: Mobile, Concord, Marvel's Avengers, Redfall, Skull and Bones, Suicide Squad: Kill the Justice League, The Culling 2, The Day Before, dan masih banyak lagi.

Kegagalan game-game live service tersebut disebabkan oleh berbagai faktor dan keluhan dari para gamer.

Beberapa di antaranya adalah karena gamenya tidak memenuhi ekspektasi dengan apa yang di promosikan oleh developer game, sistem monetisasi yang dinilai buruk dan gamenya yang berbayar.

Alih-alih membuat gamenya free to play seperti game-game live service lainnya, mempunyai banyak bug dan glitch, kendala server, gamenya tidak mempunyai inovasi dan identitas tersendiri yang menjadikan gamenya berbeda dibandingkan dengan game-game live service lainnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Game Rant, Eurogamer

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Survei Sebut 70% Developer Game Tak Yakin dengan Keberlanjutan Jangka Panjang Game Live Service

Link berhasil disalin!