Lonjakan minat terhadap investasi ventura ini terjadi setelah industri tersebut mengalami penurunan tajam dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Preqin, total penggalangan dana ventura di Tiongkok merosot tajam sejak puncaknya pada 2021. Pada 2024, hanya ada 67 dana yang berhasil mengumpulkan sekitar 195 triliun rupiah (12,5 miliar USD), jauh dibandingkan 2.200 triliun rupiah (141 miliar USD) pada 2021.
Baca Juga: Berikut 5 Alasan Windows Bukan yang Terbaik dalam Hal Produktivitas
Selain itu, dana berdenominasi dolar hanya mampu menghimpun sekitar 15,6 triliun rupiah (1 miliar USD) pada 2023, mencerminkan menurunnya minat investor asing terhadap ekosistem startup Tiongkok. Total transaksi ventura juga turun menjadi sekitar 3.570 triliun rupiah (229 miliar USD) pada 2023, atau hanya seperempat dari puncaknya di tahun 2021 yang mencapai 12.750 triliun rupiah (816 miliar USD).
Industri ini sangat bergantung pada IPO untuk mendapatkan keuntungan dari investasi mereka. Namun, kebijakan ketat terhadap pencatatan saham di dalam negeri serta ketegangan geopolitik yang menghambat IPO di luar negeri menjadi tantangan besar bagi perusahaan-perusahaan rintisan Tiongkok.
Sejak AI DeepSeek menjadi pusat perhatian, "sentimen pasar telah meningkat drastis," ujar Huo Zhongyan, pendiri Bonanza Capital, yang telah menanamkan modal di startup desain dan pemasaran berbasis AI.
"Optimisme terhadap masa depan ekonomi Tiongkok semakin menguat. Kenaikan harga saham membuat pengusaha lebih percaya diri, dan investor pun semakin berani mengambil risiko," tambahnya.
Baca Juga: MediaTek Luncurkan Dimensity 7400, 7400X, dan 6400: Chipset Ultra-Efisien dengan Performa Optimal
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Reuters