INDOZONE.ID - Kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) telah berkembang dan kini mampu memprediksi timbulnya bencana.
Para penelitinya berencana menggunakan hal tersebut untuk memperkirakan keruntuhan ekologis, krisis keuangan, pandemi, dan pemadaman listrik.
Penulis senior Gang Yan, profesor ilmu komputer di Universitas Tongji di Tiongkok mengapresiasi perkembangan teknologi ini.
"Jika transisi kritis yang akan datang dapat diperkirakan, maka kita dapat mempersiapkan diri untuk perubahan tersebut atau bahkan mencegah transisi tersebut," sebagaimana dikutip oleh Live Science.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengaku bahwa pihaknya termotivasi untuk memprediksi bencana dengan kemampuan teknologi baru ini.
"Hal ini memotivasi kami untuk mengembangkan pendekatan AI guna memprediksi permulaan transisi mendadak tersebut sebelum hal itu terjadi," sambungnya.
Baca Juga: Korea Selatan Segera Hadirkan Buku Teks Berbasis AI di Sekolah
Penelitiannya telah terbit pada 15 Juli lalu di Jurnal Physical Review X.
Penelitian tersebut menjelaskan langkah pertama yang harus dilakukan adalah membagi sistem yang kompleks menjadi jaringan besar simpul yang saling berinteraksi, kemudian simpul-simpul tersebut dilacak, dan memantau perubahan yang terjadi pada setiap pergerakan simpulnya.
"Contohnya, dalam sistem keuangan, sebuah simpul bisa jadi merupakan sebuah perusahaan; dalam ekologi, sebuah simpul bisa mewakili sebuah spesies, dalam sistem media sosial, sebuah simpul bisa menunjukkan seorang pengguna, dan seterusnya," kata Yan.
Dalam menentukan kapan bencana akan terjadi, diperlukan titik kritis untuk memprediksinya. Namun, keberadaan titik kritis sulit diprediksi.
Karena itu, para ilmuwan menggunakan titik kritis dalam sistem teoritis sederhana untuk melatih model mereka, seperti ekosistem model atau metronom yang akan berayun bersama ketika diberikan waktu.
Setelah jaringan saraf mereka dilatih dengan cukup data, mereka menerapkannya pada masalah dunia nyata, misalnya perubahan hutan tropis menjadi sabana.
Dengan menggunakan data satelit selama lebih dari 20 tahun dari tiga area di Afrika Tengah yang mengalami perubahan mendadak, para peneliti memasukkan informasi tentang curah hujan dan tutupan pohon dari dua wilayah ke dalam algoritma.
AI kemudian berhasil memprediksi perubahan di wilayah lainnya dengan akurat, meskipun 81% dari area tersebut belum teramati.
Setelah berhasil memprediksi satu titik kritis, para peneliti kini berusaha memahami pola yang ditemukan oleh algoritma dan berharap dapat menerapkan model ini ke masalah lain seperti kebakaran hutan, pandemi, dan krisis keuangan.
Baca Juga: 16 Pekerjaan Baru Yang Dihasilkan Berkat Teknologi Kecerdasan Buatan Atau Artificial Intelligence (AI)
Namun, memprediksi sistem yang melibatkan manusia sulit karena kita cenderung merespons prediksi kita sendiri, yang bisa mengubah perilaku kita dengan cara yang kompleks.
Misalnya, dalam transportasi perkotaan, memberi tahu pengemudi tentang kemacetan bisa membuat mereka mengubah rute mereka, yang dapat memindahkan kemacetan ke jalan lain dan membuat prediksi menjadi rumit.
Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti berencana untuk fokus pada bagian-bagian sistem manusia yang tidak terpengaruh oleh niat mereka.
Dalam hal jalan, ini bisa dilakukan dengan melihat rute-rute yang macet karena desainnya, bukan karena perilaku pengemudi.
"Penggunaan AI untuk menangkap sinyal-sinyal mendasar ini dapat membantu dalam membuat prediksi," kata Yan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Livescience.com