INDOZONE.ID - Di balik keseruan dan kesenangan yang ditampilkan di media sosial, ada fenomena flexing yang semakin populer belakangan ini.
Menurut kamus Merriam Webster, kata flexing berasal dari “flex” yang bermakna menunjukkan atau mendemonstrasi Fenomena Flexing di Media Sosial: Antara Pamer dan Inspirasi
Flexing sendiri adalah tindakan memamerkan kekayaan atau pencapaian, sering kali dilakukan untuk menunjukkan status sosial atau menciptakan kesan tertentu.
Baca Juga: Kevin Systrom Sebut Instagram Telah Kehilangan Jiwa: Jadi Tempat Flexing Kekayaan
Namun, tindakan ini juga dapat menimbulkan kesan negatif seperti kesan sombong atau norak, dan dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri.
1. Pamer atau Menginspirasi?
Flexing sering kali menciptakan citra ketidakotentikan, di mana individu mengekspos sisi glamor hidup mereka tanpa merinci perjuangan atau keterbatasan yang mereka alami.
Namun, bagi sebagian, ini adalah cara untuk memberikan inspirasi dan memotivasi orang lain untuk mencapai hal serupa.
2. Tantangan Autentisitas
Salah satu dampak negatif fenomena flexing adalah menciptakan standar yang tidak realistis dan tekanan sosial bagi yang lain.
Orang dapat merasa kurang bernilai atau tidak mencapai sukses jika dibandingkan dengan gaya hidup yang dipamerkan di media sosial.
Baca Juga: Ramai Tren Pamer Barang Branded di Media Sosial, Ditjen Pajak Sentil Mereka yang Flexing!
3. Meresapi Inspirasi yang Sebenarnya
Bagaimana kita memanfaatkan fenomena flexing untuk memperoleh inspirasi sejati?
Kita perlu mengembangkan ketajaman kritis terhadap konten yang kita konsumsi dan memilih untuk melihatnya sebagai sumber motivasi untuk meningkatkan diri, bukan sebagai standar untuk dibandingkan.
4. Menjaga Keseimbangan
Sementara kita berinteraksi dengan konten di media sosial, menjaga keseimbangan antara menghargai pencapaian orang lain dan menjalani kehidupan pribadi kita sendiri menjadi kunci.
Oleh karena itu, menggunakan flexing sebagai dorongan positif tanpa terjerat dalam perbandingan yang merugikan adalah langkah menuju keseimbangan yang sehat.
Pada kesimpulannya, fenomena flexing di media sosial memiliki dua sisi mata uang yang perlu dipertimbangkan.
Olehnya itu, penting untuk memahami konteks di balik setiap unggahan dan menjaga keseimbangan dalam berinteraksi dengan media sosial.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Merriam-webster.com