INDOZONE.ID - Social commerce menjadi tren baru dalam berbelanja di dunia digital, dengan TikTok dan Instagram yang mengikuti Facebook menghadirkan fitur jualan. Ikut meramaikan persaingan, Linxchat hadir menawarkan layanan end to end (E2E).
Dengan platform ini, pengguna dapat mencari produk maupun jasa yang ditawarkan pengguna lain. Pengguna dapat melakukan pemesanan, pembelian, hingga pembayaran, layaknya berkirim pesan di platform messenger.
Platform sosial e-commerce ini membuka peluang bagi mereka yang memiliki skill, namun kesulitan untuk mendapat pekerjaan. Mereka yang punya skill, bisa menjual jasa seperti service AC, jasa bersih-bersih, jasa pijat/refleksi, jasa sopir, dan lain sebagainya.
Chief Executive Officer (CEO) Linxchat Tony menjelaskan, tak sedikit warga yang tak punya pekerjaan meski sebenarnya punya skill. Namun karena tidak ada aplikasi yang menjembatani, mereka kesulitan menawarkan jasa yang dimilikinya.
Baca Juga: Menkominfo Dapat Tugas dari Presiden Jokowi soal Penggabungan Medsos dan E-Commerce
"Semua masyarakat atau UMKM yang belum atau pun masih awam dalam penggunaan teknologi seperti, toko kelontong, servis/jasa, atau penyedia, tidak perlu kerepotan," kata Tony dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (17/7/2023).
Sementara itu, Chief Technology Officer (CTO) Angga menambahkan, aplikasi ini dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan berbagai kebiasaan masyarakat Indonesia. Salah satunya mengutamakan interaksi sosial dan komunitas dalam membangun hubungan antara pembeli dan penjual/penyedia.
"Orang indonesia sangat senang bersosialisasi di dunia maya. Komunitas dan forum di Indonesia, sampai portal berita, juga ramai komentar,"
Baca Juga: LKPP Kembangkan Government Marketplace, Bisa Jadi 'Raja' Ecommerce Indonesia
"Kultur inilah yang membuat perbedaan jelas dengan kultur lokal di tiap negara. Mostly di luar negeri itu masyarakatnya lebih individualis dibandingkan Indonesia/Asia," jelas Angga.
Pengguna pun bisa memanfaatkan fitur Artificial Intelligence (AI) yang akan memudahkan penggunanya dalam menemukan sebuah produk atau layanan. Fitur AI seperti social culture, sentiment analytics, smart product searching, fraud detection, dan financial tools.
"Ketika berbelanja, memungkinkan penggunanya dapat menemukan produk dengan menyebutkan merek, warna maupun ukuran," paparnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: