Menurut mantan jurnalis game Alanah Pearce, penyebab utama adalah industri game kini dianggap telah matang oleh investor.
Artinya, pertumbuhan cepat sudah selesai dan para pemilik modal mulai mengalihkan dana mereka ke sektor yang lebih spekulatif seperti AI.
Baca Juga: GTA 6 Resmi Ditunda ke 2026, Tapi Take-Two Tetap Yakin Raup Pendapatan Rekor
Hal yang paling meresahkan adalah perubahan perilaku pemain.
Alih-alih menghabiskan waktu berjam-jam bermain, banyak orang kini lebih memilih menonton video singkat di TikTok, Instagram, atau YouTube Shorts.
Bahkan konten tentang game seperti GTA lebih sering dikonsumsi dalam bentuk cuplikan dibandingkan memainkannya langsung.
Dampaknya? Platform seperti Twitch merosot, YouTuber game beralih ke konten kontroversial demi klik, dan para developer kehilangan motivasi karena hasil kerja keras mereka kalah pamor dengan konten viral berdurasi 30 detik.
Untuk saat ini, kamu mungkin belum akan merasakan perubahan drastis.
Masih banyak game yang sedang dalam tahap produksi dan akan tetap dirilis.
Namun dalam jangka panjang, kamu akan melihat semakin sedikit game AAA yang benar-benar baru.
Sebaliknya, industri ini akan dipenuhi oleh remaster, port, dan spin-off dari IP lama.
Meski demikian, harapan belum sepenuhnya hilang.
Studio-studio independen seperti Larian, Supergiant, hingga Capcom di Jepang masih menunjukkan bahwa kualitas dan efisiensi bisa berjalan berdampingan.
Bahkan gelombang developer baru hasil PHK massal bisa melahirkan inovasi segar yang selama ini terhalang birokrasi korporat.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Eurogamer.net