Padahal secara tidak langsung, mereka juga memberikan contoh yang tidak benar untuk masyarakat Indonesia.
Di jaman sekarang yang hampir semuanya sudah serba digital ini, para gamer sebenarnya tidak perlu mendatangi toko-toko game yang ada di Indonesia maupun luar negeri.
Namun untuk melakukan pembelian game digital, diperlukan pembayaran yang cukup rumit juga.
Mereka harus memiliki kartu kredit, mengisi akun, tanggal lahir, dan lain-lain.
Terlepas dari semua hal itu, gamer bajakan enggan menggunakan metode tersebut, karena mereka tidak mau ambil pusing dan "rumit" untuk memainkan sebuah game.
Sebenarnya melakukan pembayaran melalui platform digital tidaklah rumit untuk melakukannya.
Untuk membuat game yang memiliki grafik bagus dan gameplaynya yang bagus juga, diperlukan usaha dan budget yang tidak sedikit. Ada harga ada kualitas.
Jika suatu developer memberikan harga gamenya yang cukup mahal, berarti itu marketnya untuk orang-orang kalangan atas.
Karena developer juga ingin balik modal setelah budget yang dikeluarkan untuk membuat sebuah game dengan kualitas yang bagus.
Contoh game AAA adalah Ghost of Tsushima. Game tersebut dijual dengan harga Rp879.000 di platform Steam.
Dengan harga segitu, kualitas yang ditawarkan di gamenya juga tidak main-main. Dengan harga yang sangat tinggi, membuat gamer tidak ingin mengeluarkan uang sebesar Rp879.000 hanya untuk memainkan sebuah game saja.
Mau bagaimanapun kondisi kita saat ini, meskipun masih belum bisa membeli game AAA impian, setidaknya jangan merugikan developer.
Perlu diingat, developer game akan mengalami kerugian jika game yang telah mereka buat dibajak oleh para gamer bajakan tersebut.
Baca Juga: Mimpi Buruk untuk Sony! Modder Ini Sukses Jailbreak PS5, Bisa Install Game Bajakan
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Dexerto