Di seluruh Asia, integrasi esports dengan perhotelan dan pariwisata budaya semakin berkembang, dengan contoh-contoh di Malaysia, Jepang, dan Singapura.
Bagi pemilik hotel seperti Zhang Zijun, yang mengelola hotel esports dengan 40 kamar di Shenzhen, mendapatkan manfaat yang besar dari meningkatnya tren hotel eSports, ytingkat hunian hotel ini mencapai 90 %, yang berarti hampir seluruh kamar terisi oleh tamu.
Kamar-kamar tersebut dirancang untuk melayani berbagai macam pelanggan, termasuk wanita, dengan desain bertema dan dukungan sepanjang waktu. Namun, persaingan sangat ketat.
Hotel-hotel di sekitarnya bersaing untuk mendominasi pasar yang terus berkembang sehingga memicu perang harga dan pergantian kepemilikan yang sering terjadi.
Hotel esports juga mencerminkan pergeseran budaya yang lebih luas di China. Hotel ini selaras dengan generasi yang menganggap gaming sebagai rekreasi sekaligus aktivitas sosial.
Meski pemerintah mengatur jam bermain untuk anak di bawah umur, esports diakui sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
Black Myth: Wukong pada 2023, sebuah game blockbuster asal China, semakin meningkatkan minat terhadap gaming, mendorong penjualan perangkat keras, dan memberi manfaat bagi hotel esports.
Industri esports China menghasilkan $3,7 miliar (55,5 triliun rupiah) pada 2023, dengan pendapatan meningkat 4% pada 2024, menurut Komite Olahraga Elektronik dari Asosiasi Publikasi Audio-Video dan Digital China.
Menurut Ctrip.com, sektor penginapan esports saja menyumbang $2,7 miliar (40,5 triliun rupiah). Tren ini menunjukkan tanda-tanda yang terus berkembang, dengan pemain besar seperti SEM9 di Malaysia merenovasi hotel untuk menargetkan pasar yang menguntungkan ini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Msn.com