Tanggapan tersebut timbul karena kekhawatiran bahwa fitur pencarian AI seperti "Browse for Me" dapat merugikan situs web kecil.
Ini terjadi karena AI yang mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dapat mengurangi kunjungan langsung ke situs-situs tersebut, yang akhirnya berdampak pada pendapatan mereka.
Dalam upaya untuk mengatasinya, CEO The Browser Company, Josh Miller, menjelaskan bahwa mereka sedang berupaya memperbaiki sistem kredit (citation) pada hasil penelusuran.
Dengan begitu, pengguna diinginkan untuk lebih sering menekan tautan keluar yang mengarahkan mereka ke sumber konten asli.
Miller juga menyebutkan bahwa perusahaan sedang berdiskusi dengan berbagai perusahaan media untuk menemukan solusi yang adil bagi semua pihak yang terlibat.
Meski demikian, dia mengakui pihaknya tidak dapat memenuhi keinginan semua orang.
The Browser Company terus berupaya mengembangkan Arc Search dengan rencana-rencana baru.
Sejak diluncurkannya versi iOS pada awal tahun ini, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 1,6 juta kali menurut laporan dari firma analitik Sensor Tower.
Namun, hingga saat ini perusahaan belum menghasilkan pendapatan dari produk ini.
Mereka masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut sebelum merilis produk versi 2.0 yang nantinya akan dikenakan biaya, baik untuk pengguna individu maupun bisnis.
Miller memberikan petunjuk bahwa fitur berbayar tersebut akan memberikan fungsionalitas tambahan di atas fitur yang sudah ada, terutama bagi pengguna yang menginginkan pengalaman browsing yang lebih mendalam dan kustomisasi yang lebih luas.
Secara umum, Arc Search berupaya menjadi mitra yang ideal bagi browser desktop yang telah ada sebelumnya.
Dengan hadirnya versi mobile tersebut, pengguna bisa mengalami konsistensi saat menjelajahi internet menggunakan berbagai perangkat.
Perusahaan Browser ini sendiri memiliki visi besar untuk menjadikan Arc sebagai aplikasi lintas platform yang dapat diandalkan di berbagai ekosistem.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Theverge.com, Techcrunch.com