Namun, Intel sendiri sedang berjuang untuk memulihkan kekuatannya dalam produksi.
Meskipun ada beberapa kemajuan dengan teknologi chip terbarunya, Intel masih membutuhkan bantuan untuk kembali berjaya.
Di sisi lain, Qualcomm tidak memiliki pabrik sendiri, yang berarti tidak bisa memberikan banyak dukungan untuk meningkatkan operasi pabrik Intel.
Meski begitu, beberapa produk Qualcomm yang lebih menguntungkan dapat membantu Intel dari sisi keuangan.
Qualcomm dan Intel menghadapi tantangan yang signifikan dari Nvidia, yang telah mendominasi pasar chip AI karena meningkatnya permintaan.
Meskipun memiliki sumber daya AI yang signifikan, kedua perusahaan berjuang untuk menandingi dominasi Nvidia.
CEO Qualcomm, Cristiano Amon, menyarankan untuk membentuk aliansi besar antara chip server Intel dan chip mobile Qualcomm untuk melawan dominasi Nvidia.
Strategi ini dikenal sebagai "AI at the edge," di mana server dan ponsel bekerja sama untuk mengelola pemrosesan AI secara efisien.
Nvidia tidak memiliki chip mobile, yang memberikan celah bagi Qualcomm dan Intel untuk memanfaatkan teknologi ini.
Selain itu, keahlian Intel dalam chip packaging—teknologi yang memungkinkan penggabungan beberapa chip menjadi satu—dapat membuka peluang baru bagi Qualcomm untuk mengembangkan produk-produk mobile canggih.
Baca Juga: Qualcomm, Samsung, dan Google Kembangkan Kacamata Pintar Realitas
Meskipun ada potensi keuntungan dari akuisisi ini, banyak tantangan yang harus dihadapi.
Intel memiliki arsitektur chip x86 yang mendominasi pasar PC dan server, namun hampir tidak relevan di pasar ponsel.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Timesofindia.indiatimes.com, Wsj.com