Minggu, 21 JANUARI 2024 • 11:47 WIB

Kisah Orang-orang yang Menyerah pada Youtube: Resign Demi Jadi Youtuber tapi Gak Cuan, hingga Realita Kehidupan

Author

Ilustrasi YouTube. (Freepik)

INDOZONE.ID - Beberapa tahun belakangan, profesi sebagai influencer atau pemengaruh di platform media sosial YouTube menjadi pilihan banyak orang. Pasalnya, orang-orang dapat mendulang cuan, hanya dengan membuat konten tentang apapun.

Di Korea Selatan, menurut 'Status Pendapatan Pembuat Media Tunggal' Layanan Pajak Nasional yang dirilis oleh kantor Perwakilan Yang Kyung-sook pada Mei lalu mengungkapkan, pendapatan rata-rata tahunan 1% YouTuber terbesar dapat mencapai 713 juta won atau sekitar Rp8,4 miliar.

Dengan cuan besar itu, banyak anak muda yang kemudian lebih memilih untuk bekerja sebagai influencer YouTube.

Bahkan, banyak dari mereka yang nekat keluar dari pekerjaan sebelumnya, untuk menjadi YouTuber penuh waktu.

Baca Juga: Lagi Live Streaming di India, YouTuber Mhyochi Dapat Perlakuan 'Kurang Ajar' dari Stranger

Namun, seiring dengan semakin popolernya media sosial seperti Tiktok dan Instagram, banyak anak muda yang mulai beralih dan membuat konten di platform-platform media sosial tersebut. Pada saat yang sama, banyak pula anak muda yang telah terpukul dengan realita dunia YouTube.

Ilustrasi YouTube. (REUTERS/Lucy Nicholson)

Seorang kritikus budaya populer Kim Heon Sik mengungkapkan, pendapatan YouTuber memang dapat mencapai miliaran rupiah, namun ini sangat sulit untuk dicapai. Kenyataannya, pendapatan rata-rata kelompok 50% terbawah YouTuber hanya sekitar 400.000 won atau setara Rp4,7 juta, hanya 1/5 dari upah minimum di Seoul saja.

“Fenomena ‘yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin’ juga terjadi di industri konten. Menjadi latar belakang hengkangnya para YouTuber,” kata Kim, dikutip Daum, Kamis (18/1).

Para YouTuber tidak hanya kekurangan materi, namun juga ide, yang merupakan akibat dari tidak sembarang konten bisa diterima oleh warganet. Di saat yang sama, untuk membuat konten yang bagus, kadang dibutuhkan biaya besar.

Baca Juga: Profil dan Fakta Menarik Lentari Pagi, Si Cantik dan Seksi yang Ternyata Influencer AI Pertama di Indonesia

“Tidak ada ruang lagi untuk YouTube,” ujar Kim.

"Selama beberapa tahun, banyak orang berusia 20-an dan 30-an telah berubah menjadi YouTuber dan menginvestasikan banyak waktu serta tenaga, namun strukturnya berubah dan menjadikannya lebih sulit mendapatkan keuntungan," imbuhnya.

Kondisi itu masih diperparah dengan ketatnya regulasi yang mengatur para YouTuber. Kini, terlalu banyak kata-kata tabu yang tidak diketahui, dan berbagai permasalahan bermunculan, mulai dari kata-kata yang dianggap tidak pantas oleh pengiklan hingga masalah hak cipta.

Fenomena keluarnya para YouTuber ini terutama terlihat di kalangan anak muda. Menurut 'Survei Industri Media Kreator Digital 2023' yang diumumkan oleh Kementerian Sains dan ICT dan Asosiasi Promosi Radio Korea, proporsi YouTuber berusia 30-an atau lebih muda tahun lalu adalah 64,9%. Angka ini turun drastis dibandingkan 73,2% pada tahun 2021, dan 72,3% pada tahun 2022.

Persaingan sengit dan regulasi ketat, tak ayal membuat para Youtuber dengan gaji menengah, di kisaran 15 juta won, hanya merasakan lelah. Sementara angka putus sekolah YouTuber di bawah usia 30 tahun justru meningkat, karena sulitnya kondisi ekonomi mereka.

Kim, adalah salah satu Youtuber yang memilih untuk kembali mencari kerja, setelah sebelumnya nekat keluar untuk menjadi Youtuber penuh waktu.

“Saya bahkan berhenti dari pekerjaan saya untuk mencoba menjalankan YouTube dengan benar… tetapi mulai dari mengumpulkan pelanggan hingga menghasilkan uang, itu jauh lebih sulit daripada yang saya kira,” kisahnya.

YouTuber Jimmy Donaldson atau lebih dikenal dengan MrBeast (photo/Twitter/@MrBeastYT/YouTube)

Baca Juga: YouTuber Jadi Profesi yang Paling Diimpikan Orang Indonesia, Banyak Duitnya?

Setelah berhenti dari profesinya sebagai pekerja kantoran, pria 29 tahun itu kini memiliki 20.000 subscriber. Jumlah pengikut ini didapatkannya dalam jangka waktu tiga tahun, setelah memulai channel YouTube-nya.

“Saya mencoba menjalankan bisnis ini dengan keyakinan bahwa saya bisa melakukannya secara konsisten, tetapi itu tidak mudah. Saya merasa mendapatkan penghasilan yang cemerlang seperti 'memilih bintang di langit',”

Sayang, realita tidak seindah bayangannya. Dengan sulitnya industri konten, kini Kim pun memilih untuk kembali mencari pekerjaan tetap.

Ide nama channel YouTube

Selain Kim, ada beberapa orang dengan hampir 1 juta pengikut, berhenti setelah mengeluh kelelahan. Sementara yang lain merasa kesulitan menghasilkan keuntungan dan akhirnya menyerah.

Pada 1 Desember lalu, pasangan yang baru saja mencapai 1 juta subscriber menjadi berita utama, setelah mengungkapkan bahwa mereka memutuskan untuk keluar dari YouTube lantaran anak mereka akan segera memasuki masa sekolah.

Baca Juga: YouTube Uji Coba Layanan Gaming yang Diberi Nama Playables

"Ada banyak alasan (untuk berhenti menjadi YouTuber), tetapi dengan seorang anak, itu sulit karena segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana. Seiring dengan itu, anak saya menjadi semakin terkenal,” ungkap pasangan itu.

“Bahkan ketika saya pergi ke taman bermain, seseorang akan mengenali saya dan semua perhatian akan terfokus pada anak saya,” tambah mereka.

Saluran YouTube yang mereka miliki dimulai pada tahun 2019. Dengan 1 juta pengikut, setidaknya pasangan tersebut bisa meraup cuan sekitar 15 juta won.

Meski begitu, mereka khawatir, YouTube akan berdampak buruk pada perkembangan kepribadian anak mereka. Apalagi, anak mereka menjadi semakin sadar kamera.

"Seiring saya terus aktif di YouTube, dampak dari komentar jahat telah berkurang, namun semangat saya menjadi hancur."

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Daum.net