INDOZONE.ID - Setelah 74 tahun berada di Bursa Tokyo, pada Rabu (20/12/2023) Konglomerat Jepang Toshiba Corp mengatakan pihaknya akan dikeluarkan dari Bursa Efek Tokyo karena perusahaan tersebut berupaya untuk pembangunan kembali setelah tawaran pengambilalihan.
Toshiba adalah salah satu perusahaan terkemuka di Jepang, didirikan pada tahun 1875. Perusahaan ini dimulai sebagai pembuat peralatan listrik dan secara bertahap berkembang ke sektor bisnis baru seperti infrastruktur dan energi terbarukan.
Bulan lalu, tawaran pengambilalihan Toshiba senilai 2 triliun yen ($13 miliar) oleh konsorsium yang dipimpin oleh Japan Industrial Partners Inc (JIP) berakhir dengan sukses.
Baca Juga: Toshiba Resmi Hengkang dari Bisnis Laptop, Jual Sisa Sahamnya Kepada Sharp!
Toshiba juga telah mengadakan rapat pemegang saham luar biasa pada 22 November di Tokyo untuk membahas konsolidasi saham dan agenda lainnya.
Grup yang dipimpin JIP, yang terdiri dari perusahaan seperti perusahaan keuangan Orix Corp. dan perusahaan semikonduktor Rohm Co., telah mengakuisisi 78,65 persen saham Toshiba melalui penawaran tender.
Pada hari Kamis lalu (14/12/2023) Toshiba mengumumkan struktur manajemen baru setelah rencana delistingnya pada hari ini, dengan mayoritas anggota dewan berasal dari konsorsium yang dipimpin oleh Japan Industrial Partners (JIP) yang mengakuisisinya.
Dari tujuh anggota dewan, empat berasal dari JIP, termasuk Presiden Hidemi Moue dan Wakil Ketua Koji Ikeya, mantan wakil presiden Mitsubishi Motors.
Baca Juga: Zhao Changpeng Ngaku TPPU di Bursa Kripto, Mundur dari CEO Binance
Ikeya akan menjadi wakil presiden Toshiba, sementara presiden dan CEO konglomerat Taro Shimada akan terus menjabat posisinya saat ini.
Meskipun belum jelas apa yang akan diambil Toshiba di bawah pemilik barunya, menurut Chief Executive Taro Shimada yang akan tetap menjabat tersebut, diperkirakan Toshiba akan fokus pada layanan digital dengan margin tinggi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Japan Times