INDOZONE.ID - Sekarang AI udah makin jago bikin gambar, video, bahkan suara yang susah dibedain sama yang asli.
Hal ini bikin masalah baru, terutama soal hak cipta. Dulu, watermark digital dipake buat nandain karya biar nggak gampang dibajak.
Tapi makin ke sini, makin banyak cara buat ngilangin atau ngakalin watermark, apalagi dengan bantuan AI.
Watermark digital biasanya berupa tanda yang nempel di konten buat kasih tahu siapa pemilik aslinya.
Ada yang keliatan kayak logo atau teks di foto dan video, ada juga yang nggak keliatan dan cuma bisa dideteksi pake alat khusus.
Masalahnya, AI sekarang udah bisa ngapus watermark tanpa sisa. Bahkan, AI juga bisa bikin ulang konten dengan gaya yang sama, jadi meskipun watermark masih ada, karyanya tetap bisa “diduplikat” tanpa izin.
Baca Juga: Xiaomi Bawa AC Pintar Berbasis AI, Ini Harga di Indonesia
Watermark yang nggak keliatan juga bukan jaminan aman. Soalnya, nggak semua orang atau platform punya alat buat deteksi watermark ini.
Ditambah lagi, kalau cuma perusahaan-perusahaan besar yang bisa baca watermark, bisa aja ada penyalahgunaan atau kurangnya transparansi soal mana yang asli dan mana yang buatan AI.
Buat ngatasin masalah ini, mulai ada teknologi baru yang dikembangin, kayak tanda tangan digital berbasis blockchain yang bisa nunjukin siapa pemilik aslinya dengan lebih aman.
Selain itu, metadata juga bisa jadi alternatif buat lacak asal-usul suatu konten.
Di sisi lain, AI juga bisa dipake buat ngelawan AI. Sekarang, beberapa perusahaan mulai bikin sistem buat deteksi konten yang udah dimanipulasi AI.
Harapannya, cara ini bisa bantu orang lebih gampang bedain mana yang asli dan mana yang udah diubah.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Technologyreview.com