Perusahaan keuangan top yang berbasis di New York, Amerika Serikat (AS), JPMorgan Chase & Co. tengah jadi sorotan karena diduga jadi korban penipuan. Pelakunya adalah Charlie Javice, perempuan cantik yang jadi founder dan CEO startup bernama Frank.
JPMorgan telah melayangkan tuntutan hukum pada Charlie Javice, setelah perusahaan mengakuisisi Frank senilai US$175 juta atau sekitar Rp2,6 triliun. Frank merupakan startup layanan pinjaman keuangan khusus untuk para siswa di AS, untuk membiayai pendidikan mereka.
Saat proses akuisisi, Javice mengklaim Frank telah memiliki 4,265 juta orang pengguna. Namun diduga itu hanya akal-akalan Javice demi mendapatkan investor.
Baca Juga: Tweetbot Kembali Down, Pengguna Tak Bisa Posting Apapun di Twitter: Mulai Bermasalah?
Hal ini terkuak setelah pihak JPMorgan mengirimkan email pemasaran ke para siswa yang jadi pelanggan Frank. Tak disangka, hanya 28 persen saja email yang delivered, sementara sisanya balik lagi karena unsent.
"JPMorgan bayar US$175 juta untuk bisnis yang diyakini punya pasar sebanyak 4,265 juta pelanggan, padahal cuma 300.000 pelanggan," demikian pernyataan resmi JPMorgan dikutip dari Reuters, Senin (16/1/2023).
Baca Juga: Steve Jobs Sempat Kirim Email ke Dirinya Sendiri Sebelum Meninggal, Isinya Mengharukan!
Diduga, Charlie Javice membuat jutaan akun palsu agar perusahaan rintisannya terlihat bernilai tinggi. JPMorgan pun melakukan uji tuntas guna memastikan dugaan tersebut.
"Saat dilakukan konfirmasi basis pelanggan Frank selama proses uji tuntas, Javice menggunakan ahli data untuk membuat jutaan akun palsu," kata JPMorgan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: