Buruh pabrik iPhone di China kabur karena karantina Covid-19. (Twitter/@StephenMcDonell)
Sejumlah buruh kabur dari pabrik terbesar iPhone di China setelah wabah Covid-19 yang memaksa manajemen untuk melakukan karantina.
Video yang bereda di media sosial menunjukkan sekitar belasan orang melompati pagar di luar pabrik, yang dimiliki oleh pabrikan Foxconn, di pusat kota Zhengzhou.
Tidak jelas berapa banyak kasus Covid-19 yang telah diidentifikasi di pabrik.
Baca Juga: Pengiriman iPhone Terganggu Akibat Kebijakan Lockdown di China
Namun pada minggu lalu, menurut Reuters, Zhengzhou, ibu kota provinsi Henan China, melaporkan 167 infeksi menular lokal. Angka itu naik dari 97 dari minggu sebelumnya.
Workers have broken out of #Apple’s largest assembly site, escaping the Zero #Covid lockdown at Foxconn in #Zhengzhou. After sneaking out, they’re walking to home towns more than 100 kilometres away to beat the Covid app measures designed to control people and stop this. #China pic.twitter.com/NHjOjclAyU
— Stephen McDonell (@StephenMcDonell) October 30, 2022
Akibatnya, kota berpenduduk sekitar 10 juta orang itu sebagian dikarantina, karena China terus menggunakan kebijakan lockdown yang ketat untuk menangani Covid-19.
Baca Juga: Apple Raup Keuntungan Bersih Rp321 Triliun di Kuartal IV 2022
Foxconn, yang bertindak sebagai pemasok untuk Apple, memiliki ratusan ribu pekerja di kompleks Zhengzhou dan belum memberikan hitungan resmi berapa banyak yang terinfeksi.
Perusahaan yang berbasis di Taiwan itu mengklaim pada hari Minggu bahwa mereka tidak akan menghentikan pekerja untuk pergi.
Baca Juga: iPhone 15 Pro Bakal Hadir dengan Desain Baru, Tanpa Tombol Fisik
Namun, dalam rekaman yang dibagikan di media sosial China, memperlihatkan beberapa buruh terlihat melarikan diri dari pabrik. Mereka juga tampak berjalan kaki menjauhi pabrik.
Seorang pekerja berusia 22 tahun, bermarga Xia, mengatakan bahwa suasana di asrama pabrik kacau. Rekan-rekannya juga ada yang ditahan.
"Kami melompati pagar untuk keluar dari pabrik," ujarnya kepada Financial Times, mengutip BBC International, Selasa (1/11/2022).
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: