Ilustrasi Hacker (unsplash/MikaBaumeister)
Ternyata harga penjualan data diri di forum gelap hackers atau yang sering disebut "dark web" lebih murah dari yang diduga.
Seorang peneliti dari perusahaan keamanan siber Kaspersky's Great, Dmitry Galov menyebutkan harga untuk mengakses data sensitif seperti rekam medis, atau informasi lainnya tak kurang dari harga secangkir kopi.
"Dalam beberapa tahun terakhir banyak area kehidupan kita telah menjadi digital, beberapa di antaranya seperti rekam medis maupun informasi pribadi. Seperti yang kita lihat dengan meningkatnya jumlah insiden kebocoran data, hal ini menyebabkan lebih banyak risiko bagi pengguna," kata Galov seperti dilansir Antara pada Selasa (8/12/20).
Berdasarkan penelitiannya harga untuk dapat mengakses data seseorang sekitar 50 sen USD atau sekitar Rp7 ribu untuk sebuah identitas diri, tergantung seberapa jauh data yang ditawarkan.
Sedangkan untuk catatan medis pribadi biayanya dapat mencapai hingga 40 USD atau sekitar Rp566 ribu.
Penyalahgunaan data berpotensi menimbulkan konsekuensi cukup signifikan, seperti pengambilan nama atau penggunaan layanan korban berdasarkan identitasnya.
Data yang dijual di pasar gelap dapat digunakan untuk pemerasan, eksekusi penipuan hingga pencurian uang secara langsung.
"Ini tidak berarti bahwa kita harus menghapus dan menutup akun media sosial kita, tentunya. Ini semua tentang memahami konsekuensi dan risiko potensial dan bersiap yang tepat untuk itu," ujar Galov.
"Tindakan terbaik terkait data Anda adalah: ketahui apa yang mereka ketahui, hapus apa yang Anda bisa, dan kendalikan informasi tentang Anda secara online. Sesederhana itu, namun tetap membutuhkan usaha," tambah Galov.
Untuk meminimalkan risiko informasi pribadi dicuri, Kaspersky merekomendasikan untuk selalu waspadai email dan situs web phishing, selalu periksa pengaturan izin pada aplikasi yang digunakan, untuk meminimalkan kemungkinan data dibagikan atau disimpan oleh pihak ketiga tanpa sepengetahuan.
Selanjutnya, menggunakan otentikasi dua faktor, dengan catatan menggunakan aplikasi yang menghasilkan kode satu kali (one-time code) jauh lebih aman dari pada menerima faktor kedua melalui SMS. Terakhir, selalu pertimbangkan konten yang dibagikan secara online, apakah konten tersebut dapat disalahgunakan oleh orang lain atau tidak.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: