INDOZONE.ID - Rilis ulang Days Gone versi remaster di PlayStation 5 memberikan momen refleksi bagi banyak gamer.
Game yang dulunya dinilai “biasa saja” saat pertama kali rilis di PS4, kini justru mulai mendapatkan pengakuan yang seharusnya.
Tapi pertanyaannya masih sama: kenapa Days Gone tidak pernah mendapatkan sekuel?
Baca Juga: Days Gone Remastered Akan Rilis di PS5 Pada April 2025, Bawa Banyak Fitur Baru
Mengapa Days Gone Awalnya Dianggap Gagal?
Saat Sony pertama kali memberikan lampu hijau untuk Days Gone, banyak yang bertanya-tanya mengapa mereka berani mengambil risiko merilis game bertema zombie lainnya, padahal mereka sudah punya The Last of Us yang begitu sukses.
Padahal, Bend Studio bukan nama sembarangan. Studio ini sebelumnya telah mengembangkan Uncharted: Golden Abyss untuk PS Vita dan dianggap punya potensi menjadi “Naughty Dog kedua.”
Tapi tetap saja, proyek Days Gone terasa seperti langkah yang terlalu mirip dengan game zombie PlayStation sebelumnya—kisah dunia pasca-apokaliptik, dengan elemen stealth, crafting, dan narasi emosional.
Remaster PS5 Jadi Bukti Days Gone Pantas Dihargai
Setelah rilis di tahun 2019, Days Gone mendapat respons kritis yang hangat-hangat kuku, yang akhirnya membuat proposal sekuelnya ditolak oleh Sony.
Namun waktu menunjukkan hal berbeda. Semakin banyak gamer yang merasa bahwa Days Gone adalah game underrated yang pantas mendapat tempat lebih baik dalam katalog PlayStation.
Kini, Days Gone Remastered hadir di PS5—sejajar dengan game legendaris seperti The Last of Us dan Oblivion.
Langkah ini seperti pengakuan tidak langsung bahwa game ini seharusnya mendapatkan lebih banyak apresiasi sejak awal.
Baca Juga: Game Baru dari Pengembang Days Gone Bocor di Internet, Ini Detail yang Diketahui
Fokus Cerita Bukan Hanya Tentang Istri yang Meninggal, Tapi Tentang Motor
Banyak orang mengira Days Gone hanya soal Deacon St. John dan kehilangan istrinya, Sarah.
Tapi kalau kamu telusuri lebih dalam, hubungan emosional utama sebenarnya adalah antara Deacon dan motornya.
Ya, kamu harus merawat motor kesayanganmu—mengisi bensin, memperbaiki kerusakan, dan menjaga performanya tetap prima.
Game ini seperti versi triple-A dari game simulasi kendaraan unik seperti Pacific Drive atau Jalopy.
Di dunia yang keras ini, kamu tidak hanya menjaga diri sendiri, tapi juga kendaraanmu dan hal itu membuatmu lebih terikat dengan dunia game ini.
Motor: Karakter Kedua yang Tidak Pernah Kamu Sadari
Seiring waktu, kamu akan menyadari bahwa memilih motor di tengah kiamat zombie adalah keputusan penuh risiko.
Motor bisa membantumu kabur dari kejaran zombie, tapi suaranya juga bisa menarik perhatian mereka dari jauh.
Namun, ada banyak cara kreatif untuk menghindari bahaya. Contohnya, saat hujan kamu bisa memanfaatkan suara alam untuk menutupi deru mesin.
Atau kamu bisa coasting—mengandalkan gravitasi tanpa menyalakan mesin untuk menghemat bensin dan menghindari deteksi.
Hal seperti ini mengingatkan kita pada Death Stranding, di mana pengamatan terhadap medan menjadi kunci gameplay yang unik.
Gameplay Ekonomis, Tapi Sarat Makna
Ada tantangan tersendiri saat kamu mencoba turun dari gunung tanpa sekali pun menyentuh throttle hanya mengandalkan kemiringan jalan untuk bergerak.
Ini bukan hanya soal irit bensin, tapi juga menunjukkan betapa mendalamnya gameplay yang disajikan Days Gone.
Di tengah dunia yang sudah hancur, mengelola sumber daya seperti bensin menjadi krusial, dan memberi rasa realisme yang kuat.
Baca Juga: Developer Days Gone, Bend Studio Kini Sedang Kerjakan IP Game Baru!
Kritik Cerita dan Presentasi yang Masih Jadi Catatan
Meski banyak hal positif, Days Gone tetap punya kekurangan. Cutscene yang sering disambung dengan fade to black terasa kuno, bahkan untuk standar saat game ini pertama rilis.
Beberapa adegan romansa dengan Sarah juga terasa kaku dan kurang emosional. Deacon juga kadang terdengar seperti berbicara sendiri tanpa arah—berteriak-teriak di atas motor, padahal tak ada yang mendengarkan.
Politik, Kebebasan, dan Suara Amerika
Days Gone tidak ragu mengangkat tema khas Amerika, seperti hak kepemilikan senjata dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
Dunia terbuka di Oregon ini dipenuhi narasi soal perebutan wilayah dan kekerasan antar kelompok.
Lewat siaran Radio Free Oregon, kamu bisa mendengar teori konspirasi dan kritik sosial yang memberi kedalaman pada cerita.
Sementara itu, karakter Deacon St. John yang sinis tapi emosional, memperlihatkan bagaimana kesedihan pribadi bisa membentuk pandangan hidup seseorang terhadap dunia yang telah berubah drastis.
Remaster Ini Bukan Sekadar Tambal Jadwal Rilis Sony
Melihat minimnya game eksklusif PS5 belakangan ini, keputusan Sony merilis ulang Days Gone memang terasa seperti strategi menambal kekosongan.
Tapi lebih dari itu, remaster ini juga jadi kesempatan kedua bagi banyak gamer untuk menemukan bahwa Days Gone adalah game yang lebih baik dari yang dulu dikira.
Days Gone Layak Dihidupkan Kembali
Days Gone adalah contoh game yang butuh waktu untuk benar-benar dihargai.
Dunia yang sempit tapi penuh makna, gameplay motor yang tak biasa, dan cerita emosional yang tersembunyi di balik suara knalpot membuat game ini semakin relevan di era PS5.
Ketika kamu melaju turun gunung tanpa suara, yang terdengar hanyalah suara hati—dan mungkin, penyesalan yang belum selesai.
Baca Juga: Days Gone Versi PC Disebut Tak Dukung Teknologi DLSS Maupun Ray Tracing!
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Eurogamer.net