Minggu, 12 JANUARI 2025 • 19:35 WIB

Ilmuwan Ini Pecahkan Misteri ‘Grandfather Paradox’?

Author

Ilustrasi Grandfather Paradox.

INDOZONE.ID - Perjalanan waktu selalu menjadi impian yang menarik bagi penggemar fiksi ilmiah.

Namun, di balik daya tariknya, konsep ini membawa teka-teki logika yang sulit dipecahkan, salah satunya adalah "grandfather paradox" atau paradoks kakek.

Coba bayangkan, kamu memiliki mesin waktu, lalu kembali ke masa lalu dan tanpa sengaja (atau sengaja) menghilangkan nyawa kakekmu sebelum orang tuamu lahir.

Jika itu terjadi, bagaimana mungkin kamu bisa lahir untuk melakukan perjalanan waktu itu? Bingung, ya?

Paradoks ini menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak ilmuwan menganggap perjalanan waktu ke masa lalu sebagai hal yang mustahil. 

Bahkan, fisikawan Stephen Hawking pernah mengusulkan teori "konjektur perlindungan kronologi".

Teori ini menyiratkan bahwa mungkin ada hukum fisika tersembunyi yang mencegah terjadinya perjalanan waktu.

Baca Juga: Ilmuwan China Berhasil Ciptakan Berlian Buatan dari Bunga Peony, Bernilai Rp725 Juta

Ilustrasi Grandfather Paradox.

Apakah Perjalanan Waktu Mungkin?

Meski begitu, teori relativitas Einstein membuka kemungkinan keberadaan "kurva tertutup mirip waktu" (closed timelike curves atau CTC).

Dalam konsep ini, ruang dan waktu bisa melengkung sedemikian rupa sehingga memungkinkan seseorang kembali ke titik awal mereka, bahkan sebelum perjalanan dimulai.

Fenomena ini diduga bisa terjadi di sekitar lubang hitam supermasif atau dengan teknologi canggih yang belum terbayangkan.

Seorang fisikawan dari Vanderbilt University, Lorenzo Gavassino, mencoba mengupas lebih dalam misteri ini. 

Ia mengajukan pertanyaan, “jika CTC benar-benar memungkinkan seseorang kembali ke masa lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada penumpang waktu tersebut? Apakah mereka benar-benar kembali ke masa lalu, atau hanya sebuah ilusi?”

Baca Juga: Bumi Akan Memiliki Dua Bulan pada September 2024, Ini Penjelasan dari Ilmuwan!

Termodinamika dan Arah Waktu

Hukum kedua termodinamika memberikan kita petunjuk tentang "arah waktu".

Hukum ini menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta cenderung menuju ketidakteraturan atau entropi.

Contohnya, panas mengalir dari benda panas ke benda dingin, dan telur yang sudah pecah tidak mungkin kembali utuh.

Gavassino menganalisis apa yang terjadi jika sebuah pesawat ruang angkasa melintasi CTC.

Ilustrasi Grandfather Paradox

Sesuai hukum termodinamika, entropi di dalam pesawat harus meningkat.

Namun, untuk menjaga konsistensi alam semesta, entropi itu juga harus kembali ke keadaan awal sebelum pesawat memasuki CTC. 

Fenomena ini dapat digambarkan dengan partikel tak stabil di dalam pesawat yang secara spontan meluruh di awal perjalanan, namun menjelang akhir putaran, partikel tersebut terbentuk kembali.

Ingatan yang Hilang di Perjalanan Waktu

Menariknya, Gavassino menemukan bahwa meskipun secara fisik perjalanan waktu mungkin dilakukan, ada konsekuensi besar, kamu akan kehilangan semua ingatan tentang apa pun yang terjadi selama perjalanan tersebut.

"Ingatan dapat dimodelkan secara sederhana sebagai hasil interaksi, di mana suatu objek meninggalkan jejak keadaan awalnya pada keadaan 'penyimpan ingatan'," jelas Gavassino mengutip iflscience, Minggu (12/1/2025).

Namun, dalam perjalanannya melalui CTC, ingatan tersebut akan terhapus sebelum kamu menyelesaikan putaran waktu.

Dengan kata lain, kamu mungkin bisa kembali ke masa lalu, tetapi tanpa membawa informasi baru apa pun dari perjalanan itu.

Prinsip Konsistensi Alam Semesta

Dalam konteks paradoks kakek, Gavassino menegaskan bahwa alam semesta akan beradaptasi agar tetap konsisten.

"Sebagian besar fisikawan dan filsuf di masa lalu berpendapat bahwa jika perjalanan waktu itu ada, alam akan selalu menemukan cara untuk mencegah situasi yang bertentangan," ungkapnya.

Ia juga menjelaskan bahwa prinsip konsistensi diri ini sudah sesuai dengan hukum fisika yang kita pahami.

"Pesan utama dari sini adalah bahwa, di alam semesta hipotetis dengan CTC, perjalanan waktu tidak akan terjadi dalam bentuk yang biasa digambarkan dalam fiksi ilmiah," katanya. 

"Fluktuasi termal menghancurkan kausalitas makroskopik, dan menghapus semua ingatan," lanjutnya.

Alam Semesta Lebih Cerdas dari yang Kita Bayangkan

Penelitian Gavassino menunjukkan bahwa meskipun perjalanan waktu secara teoritis memungkinkan, banyak batasan alami yang membuatnya berbeda dari bayangan kita selama ini.

Dalam alam semesta hipotetis dengan CTC, segala sesuatu akan dirancang agar konsisten dan logis. Bahkan jika kamu kembali ke masa lalu, kamu tidak akan bisa benar-benar mengubahnya.

"Seperti yang sering terjadi, alam lebih kreatif daripada kita," pungkas Gavassino seperti menyimpulkan.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: IFL SCIENCE