INDOZONE.ID - Sebuah startup AI bernama Artisan memicu kontroversi di San Francisco, Amerika Serikat (AS), dengan kampanye iklan yang provokatif.
Billboard mereka menampilkan pesan seperti "Stop Hiring Humans (Berhenti Mempekerjakan Manusia)" dan "AI Employees Won't Come Into Work Hung Over (Karyawan AI Tak Akan Masuk Kerja dalam Keadaan Mabuk)," yang menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan tenaga kerja manusia.
Jaspar Carmichael-Jack, CEO Artisan, mengakui bahwa iklan tersebut sengaja dibuat untuk menarik perhatian dan memicu diskusi.
Menurutnya, tujuan utama mereka adalah mengotomatisasi tugas-tugas manual yang tidak disukai manusia, sehingga pekerja dapat fokus pada pekerjaan yang lebih bermakna.
Namun, survei terbaru menunjukkan bahwa 48% pekerja di Amerika Serikat khawatir AI akan mengurangi jumlah pekerjaan di industri mereka.
Meskipun demikian, penelitian dari UC Berkeley's Haas School of Business menemukan bahwa perusahaan yang berinvestasi dalam AI cenderung menambah jumlah karyawan, bukan menguranginya.
Kampanye Artisan ini mencerminkan persaingan ketat di industri AI, di mana perusahaan berlomba-lomba menarik perhatian dan pangsa pasar.
Baca Juga: Fitur Meta AI di WhatsApp: Inovasi untuk Kemudahan Pengguna
Meskipun pesan iklan mereka kontroversial, Carmichael-Jack menegaskan bahwa mereka tidak bermaksud mendorong perusahaan untuk berhenti mempekerjakan manusia sepenuhnya.
CEO Artisan, Jaspar Carmichael-Jack, mengakui bahwa iklan ini memang dirancang untuk menjadi provokatif.
“Kami ingin menarik perhatian, dan Anda tidak bisa melakukannya dengan pesan yang membosankan,” ujarnya kepada SFGate melansir Gizmodo, Minggu (29/12/2024).
Meski kontroversial, Carmichael-Jack menegaskan bahwa tujuan Artisan bukanlah untuk menggantikan manusia sepenuhnya.
“Kami mencintai manusia,” katanya sambil tertawa.
“Kami bahkan sedang merekrut banyak orang,” pungkasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Gizmodo