INDOZONE - Pemerintah Korea Selatan telah mengumumkan rencana ambisiusnya untuk memperkenalkan buku teks digital yang dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) ke dalam ruang kelas mulai tahun depan.
Rencana ini bertujuan untuk mengubah sistem pendidikan Korea Selatan dengan memanfaatkan teknologi terbaru guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
Namun, rencana ini telah memicu kekhawatiran di kalangan orang tua, guru, dan para akademisi, yang mempertanyakan dampak jangka panjang penggunaan teknologi digital secara intensif terhadap perkembangan anak-anak.
Tujuan dan Penerapan Buku Teks Berbasis AI
Menurut laporan dari Financial Times, buku teks berbasis AI yang akan diperkenalkan ini diharapkan dapat mulai digunakan oleh para guru pada tahun 2025 untuk semua mata pelajaran, kecuali musik, seni, pendidikan jasmani, dan etika.
Buku teks ini dirancang untuk disesuaikan dengan kecepatan belajar masing-masing siswa, di mana guru dapat memantau perkembangan siswa melalui dashboard digital.
Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif, di mana siswa dapat lebih terlibat dan mengambil kepemilikan atas proses pembelajaran mereka.
Baca Juga: Samsung Hadirkan Fitur AI Circle to Search ke Galaxy A Series dan Tab S9 FE!
Menteri Pendidikan Korea Selatan, Lee Ju-ho, menyatakan bahwa penggunaan tablet dengan fitur AI ini adalah langkah penting dalam perombakan sistem pendidikan Korea Selatan.
Teknologi ini dianggap krusial untuk membantu para guru mengubah metode pengajaran dari yang berbasis hafalan menjadi pembelajaran yang lebih partisipatif dan berbasis pemecahan masalah.
“Kita semua sepakat bahwa kita perlu beralih dari ruang kelas yang hanya mengandalkan hafalan menjadi ruang di mana siswa dapat terlibat dan menguasai pembelajaran mereka sendiri,” kata Lee.
Kekhawatiran Orang Tua dan Akademisi
Meskipun pemerintah Korea Selatan melihat teknologi ini sebagai terobosan penting, banyak orang tua dan akademisi yang meragukan implementasi teknologi tersebut.
Lebih dari 50.000 orang tua telah menandatangani petisi yang mendesak pemerintah untuk lebih memprioritaskan kesejahteraan keseluruhan siswa daripada hanya berfokus pada teknologi baru.
Para orang tua khawatir bahwa penggunaan perangkat digital yang berlebihan dapat berdampak negatif pada perkembangan otak, rentang konsentrasi, dan kemampuan pemecahan masalah anak-anak mereka.
Mereka juga menyoroti bahwa anak-anak saat ini sudah terlalu banyak menggunakan smartphone dan tablet dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Lee Sun-young, seorang ibu dari dua anak di Seoul, menyatakan bahwa dirinya lebih memilih melihat peningkatan jumlah guru pendamping di sekolah-sekolah setelah jam pelajaran, daripada pengenalan buku teks berbasis AI.
“Saya khawatir bahwa penggunaan perangkat digital yang terlalu sering dapat berdampak negatif pada perkembangan otak mereka, rentang konsentrasi, dan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah,” katanya.
Tantangan dalam Implementasi Teknologi AI di Pendidikan
Selain kekhawatiran tentang dampak negatif pada perkembangan anak, beberapa akademisi juga mempertanyakan kesiapan pemerintah Korea Selatan dalam mengatasi potensi risiko yang muncul dari penggunaan teknologi AI dalam pendidikan.
Salah satu risiko yang paling dikhawatirkan adalah kecenderungan AI untuk memberikan informasi yang salah atau tidak akurat, yang dikenal sebagai "hallucination" dalam istilah teknis AI.
Ada juga kekhawatiran mengenai potensi penyebaran informasi palsu, plagiarisme, serta kebocoran informasi pribadi siswa.
Profesor Shin Kwang-young dari Universitas Chung-Ang di Seoul menyatakan bahwa pemerintah sepertinya terlalu terburu-buru, dalam mengimplementasikan buku teks berbasis AI, tanpa terlebih dahulu mengevaluasi dampak negatifnya secara menyeluruh.
Menurutnya, tren penggunaan AI yang sedang marak saat ini tidak seharusnya menjadi alasan untuk mengabaikan evaluasi risiko dan dampak jangka panjang terhadap sistem pendidikan.
Baca Juga: Cara Bikin Video AI Berpelukan yang Lagi Viral di Sosmed, Ternyata Mudah Banget
Dukungan dan Harapan dari Guru
Meskipun ada banyak kekhawatiran, rencana pengenalan buku teks berbasis AI ini juga mendapatkan dukungan dari sejumlah guru.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Asosiasi Guru Korea menunjukkan bahwa 54 persen guru di sekolah negeri mendukung langkah ini.
Para guru yang mendukung rencana ini percaya bahwa teknologi AI dapat membantu mereka dalam mengidentifikasi tingkat pemahaman siswa dan menyesuaikan materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan individu masing-masing siswa.
Selain itu, buku teks berbasis AI ini diharapkan dapat memberikan berbagai konten yang menarik bagi siswa, sehingga mereka lebih tertarik untuk belajar dan berpikir secara kreatif.
Pemerintah Korea Selatan juga berencana untuk memperkenalkan alat bantu AI lainnya di ruang kelas, termasuk program yang dapat mentranskripsikan komentar guru ke papan tulis elektronik saat mereka mengajar, serta robot mobile yang dapat memberikan jawaban AI terhadap pertanyaan siswa.
Meskipun begitu, implementasi teknologi ini diharapkan dilakukan secara hati-hati untuk menghindari potensi masalah yang mungkin muncul, seperti kebocoran informasi pribadi siswa dan penyebaran informasi yang tidak akurat.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Techcrunch.com, Ft.com