INDOZONE.ID - Apple merupakan salah satu perusahaan multinasional dan perusahaan teknologi Amerika. Perusahaan ini merancang, mengembangkan, dan menjual barang elektronik serta perangkat lunak komputer.
Beberapa hari yang lalu, Indonesia kedatangan CEO Apple. Tim Cook tiba di istana bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Di pertemuan itu, dikabarkan bahwa Apple akan berinvestasi di Indonesia senilai Rp1,6 triliun untuk membangun pabrik dan membangun Apple store di Indonesia. Kabar ini membuat sebagian masyarakat indonesia tepuk tangan atas berita tersebut.
Namun, dilaporkan bahwa Apple tidak hanya berinvestasi di Indonesia, melainkan juga berinvestasi dan mendirikan pabrik di Vietnam dan India. Hal itu dilakukan dengan alasan karena laber cost-nya lebih murah dan karena potensi berkembang negara lebih menarik.
Berdasarkan data, populasi warga India jauh lebih banyak dan faktanya India menjadi negara dengan jumlah smartphone terbanyak ke 2 di dunia setelah China.
Walaupun market share Apple di India masih kecil sekitar 6,6 persen, sedangkan Samsung yang sudah terlebih dahulu beroperasi di India, market share-nya sekitar 18 persen.
Meskipun begitu, India diprediksi akan lebih duluan naik middle classnya dibandingkan dengan Indonesia. Apple berinvestasi di negara Vietnam jauh lebih banyak dibandingkan dengan di Indonesia, yaitu senilai Rp256 triliun yang telah berhasil membangun pusat manufaktur di Vietnam.
Baca Juga: Meta dan Apple dalam Perlombaan AI Generatif, Sebuah Revolusi Baru dalam Teknologi
Salah satu sebabnya adalah karena di Vietnam, di 2019 Apple sudah berhasil memproduksi Apple watch airpods. Di tahun 2023 mereka sudah mulai shifting produksi Macbook dan Ipad yang pindahkan dari China ke Vietnam.
Sedangkan investasi Apple di Indonesia hanya senilai 1,6 triliun, itupun fokus utamanya untuk pengembangan Apple Developer Academy di empat lokasi.
TKDN menjadi salah satu persyaratan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia, yaitu jika akan mengimpor atau ketika perusahaan global akan menjual barang produksi mereka secara resmi di Indonesia haruslah memenuhi standar TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).
Tujuan pemerintah menerapkan sistem ini, agar masyarakat indonesia tidak ketergantungan dengan barang-barang impor. Apple memanglah tidak memiliki pabrik di Indonesia, namun salah satu alasan mengapa Apple bisa sampai akan investasi di Indonesia, salah satunya adalah lolos persyaratan TKDN.
Syarat-syarat TKDN tidak hanya harus dalam bentuk jasa atau bahan baku saja. Berdasarkan pasal 36 ayat 2 jika sebuah perusahaan global akan berinvestasi di Indonesia untuk pengembangan dan lain-lain senilai 550 - 700 miliar maka bisa mendapatkan 30 persen TKDN.
Pada tahun 2016 lalu, Apple sudah berencana akan membuka pabrik di Indonesia. Bahkan pihak perusahaan Apple sudah membuat perjanjian bahwa di tahun 2030 perusahaan Apple akan next zero carbon jika Apple sudah berhasil membuka pabrik di Indonesia.
Namun rencana tersebut gagal lantaran pemerintah indonesia belum mengusut tuntas kasus pertambangan timah ilegal yang telah berdampak pada kerusakan lingkungan yang merugikan ratusan triliun.
Kasus timah tersebut ternyata pada beberapa minggu yang lalu sempat viral dan masih berkaitan erat dengan pembatalan investasi Apple di Indonesia pada tahun ini, karena timah adalah salah satu bahan yang nantinya akan dipakai untuk memproduksi produk Apple. Hal ini justru menjadi faktor penghambat bagi perusahaan Apple untuk mendirikan pabrik Apple di Indonesia.
Baca Juga: Dokter Ortopedi di Brasil Pakai Apple Vision Pro Untuk Proses Operasi
Salah satu alasan lainnya mengapa di tahun ini, Apple membatalkan investasinya dan mengangap Indonesia belum siap yaitu dikarenakan beberapa hal berikut.
Pertama, untuk membuat smartphone ada 360 komponen yang harus diproduksi. Di Vietnam di dalam negaranya sendiri mereka bisa membuat 72 dari 360 komponen, dan komponen tersebut sudah pure produsen domestik Vietnam. Sedangkan jika Apple membuka pabrik di Indonesia paling hanya ada 2 yang bisa diproduksi lokal. Sisanya ujung-ujungnya harus impor dari luar, yang pastinya Indonesia dirasa 'belum siap'.
Kedua, alasan letak geografis. Indonesia terletak lebih jauh dengan area supply chain utama Apple yang ada di Asia Timur jika dibanding dengan Vietnam. Otomatis biaya shipping apalagi jika akan impor komponen produksinya akan lebih mahal jika di Indonesia, dibandingkan dengan Vietnam.
Ketiga, faktor sumber daya manusia. Produktivitas siber di Indonesia masih tergolong rendah dibanding dengan negara-negara ASEAN lain, dan ini hasil survei Japanese external trade organization di tahun 2020 yang menunjukan bahwa sektor produktivitas manufaktur di Indonesia menduduki posisi ke 7 di ASEAN di bawah Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos dan Malaysia.
Tetapi rata-rata gaji di negara Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga tersebut.
Jadi, jika digabungkan dengan beberapa alasan keseluruhannya ditambah kasus pertambangan timah ilegal, mungkin inilah sebabnya Apple membatalkan investasinya di Indonesia pada tahun ini.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan