Selasa, 27 MEI 2025 • 19:17 WIB

Google vs Apple: Makin Sulit Memilih Setelah I/O 2025

Author

INDOZONE.ID - Setiap kali ada acara besar dari Google atau Apple, kita selalu merasa seperti ditarik ke dua arah berbeda. Tapi setelah nonton Google I/O 2025, rasanya keputusan ini jadi lebih rumit dari sebelumnya. Google baru aja pamer sederet teknologi yang bikin rahang jatuh, termasuk yang nggak mungkin banget dibawa Apple ke atas panggung. Dan di situlah dilema mulai muncul: lebih suka yang mana, sih?

Ilustrasi teknologi google (sumber: digitaltrends)

Google Beam: Teknologi Masa Depan yang Bikin Ngiler

Salah satu demo yang paling bikin terkesan adalah Google Beam. Kalau kamu belum dengar, Beam ini semacam evolusi dari Project Starline, sebuah platform video call 3D berbasis AI. Jadi, bukan cuma ngobrol via layar, tapi kamu bisa merasa seperti benar-benar ada di ruangan yang sama dengan lawan bicaramu.

Bayangin aja: kamera, sensor, layar besar, plus AI canggih yang bisa bikin model 3D dari orang yang kamu ajak ngobrol. Gila, kan?

Masalahnya, Beam ini cuma buat perusahaan dan belum jelas kapan (atau kalau) kita sebagai konsumen bisa nyobain. Tapi anehnya, kita tetap senang tahu teknologi sekeren ini ada. Walaupun belum bisa beli, keberadaannya aja udah bikin semangat.

Baca Juga: 5 Pengumuman Besar dari Google I/O 2025 yang Perlu Kamu Tahu

Apple Nggak Akan Lakukan Ini — Tapi Mungkin Ada Rencana Tersembunyi?

Google Beam kelihatan besar, berani, dan jujur aja, agak norak dengan segala perangkat kerasnya. Sulit ngebayangin Apple pamerin sesuatu yang belum jadi produk konsumen. Apple kan lebih suka misterius, semuanya serba rapi dan siap jual.

Tapi, jangan salah. Teknologi serupa bisa aja sedang dikembangkan Apple, apalagi dengan perangkat seperti iPhone (yang punya kamera dan LIDAR), Apple TV, dan tentu saja FaceTime. Bedanya, kalau Apple beneran punya versi "Beam"-nya, kamu mungkin baru akan tahu pas udah mau dijual.

Google Pamer, Apple Diam-Diam Siapkan?

Di sisi lain, Apple memang dikenal nggak main-main soal produk. Begitu diumumkan, biasanya dalam beberapa bulan langsung bisa dibeli. Contohnya Apple Vision Pro diumumin, dipamerin, dan beneran rilis. Beda jauh dengan gaya Google yang sering kasih kita mimpi, tapi kadang lupa bangunin.

Apple Vision Pro resmi dirilis di Amerika.

Ambil contoh Project Moohan, headset XR hasil kolaborasi Google dan Samsung. Sampai sekarang masih sebatas render dan demo terbatas. Tapi Google tetap pamerin itu semua, lengkap dengan prototipe smart glasses dan Android XR

Apple Vision Pro vs Android XR

Meski Apple Vision Pro lebih nyata, kita mungkin merasa nggak pernah benar-benar tertarik buat beli. Tapi setelah nonton demo Android XR, kita jadi kepengin punya Project Moohan dan sepasang kacamata pintar Android.

Mungkin karena Google bikin semuanya terasa seperti masa depan yang bisa kamu sentuh sebentar lagi. Sementara Apple, ya, terlalu "serius". Dan walau Google punya reputasi suka ngebatalin proyek (halo, Project Jacquard), rasa penasaran dan antusiasme yang mereka bangun tetap susah dikalahkan.

Baca Juga: Apple Vision Pro Dapat Gunakan Kontroler PlayStation VR2, Kolaborasi Apple dan Sony

Dua Filosofi yang Sangat Berbeda

Google seperti pelukis yang senang pamer sketsa kasar ke publik, walau nggak semua lukisan akan selesai. Apple seperti seniman yang baru mau nunjukin karya setelah semuanya sempurna, dibingkai, dan siap dijual.

Mana yang lebih baik? Sulit dijawab. Google bikin kita berimajinasi, Apple bikin kita percaya. Google kasih kita mimpi, Apple kasih kita kenyataan.

Setelah Google I/O 2025, ada hal yang bikin kita sadar, kalau ternyata kita bisa suka dua-duanya.  Satu hal juga yang kita sadari: Di satu sisi, kita ingin tahu apa yang lagi dikembangkan di balik pintu tertutup Apple. Tapi di sisi lain, kita juga menikmati betapa terbukanya Google soal masa depan meskipun masa depan itu belum tentu jadi kenyataan.

Dan mungkin, nggak apa-apa kalau kita nggak bisa memilih. Karena sebagai pengguna, justru kita yang paling diuntungkan dari persaingan ini.



Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Digitaltrends.com